|
|
| pertanian | peternakan & perikanan | perdagangan | industri | kehutanan | pariwisata | |
|
PERDAGANGAN
Batik
Khalayak umumnya mengenal Solo,
Pekalongan, Yogyakarta sebagai penghasil utama kain batik di Di Sragen, saat ini terdapat 12.000
pembatik yang sebagian besar mendiami Desa Kliwonan, Pilang dan Sidodi yang
terletak di Kecamatan Masaran. Sebagian pembatik lainnya berdomisili di desa
Gedongan, Jabung Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Kalijambe. Untuk mendukung
program Desa Wisata Batik di desa Kliwonan yang terletak 13 km sebelah barat
dari pusat Kota Sragen, Pemerintah Kabupaten Sragen menyelenggarakan pusat
pelatihan dan pemasaran Batik. Produksi batik Sragen meliputi batik
tulis, cap, dan printing dengan berbagai ragam produk seperti Sarimbit,
Sarung Selendang, jarik, kemeja, dan blus. Industri batik membuka peluang
besar untuk penanaman modal dalam hal pengadaan bahan Batik Sukowati & SBBS
Selama ini batik Sragen masih belum begitu
dikenal oleh masyarakat luas karena para pengrajin biasanya memasarkan produksinya
ke berbagai wilayah diluar Sragen seperti Solo dan Yogyakarta sehingga
masyarakat lebih mengenal batik “Solo” atau batik “Yogya” dari pada batik “Sragen.”
Kesulitan para pengrajin dalam memasarkan produksi batik di wilayah Sragen
inilah yang mendorong Pemerintah Kabupaten Sragen untuk membantu mengakomodir
kebutuhan pemasaran batik bagi para pengrajin dalam wadah Pusat Grosir dan Eceran BATIK SUKOWATI
yang dibuka pada tanggal 6 Februari 2005 serta SENTRA BISNIS BATIK SRAGEN pada tanggal 15 Januari 2006. Kebutuhan fashion masyarakat Sragen dan
sekitarnya dapat terpenuhi di Batik Sukowati yang berada di Jl. Raya Sukowati
No. 300 (Timur Shopping Sragen). Dengan fasilitas berbelanja yang nyaman,
gedung megah serta pelayanan prima, para pengunjung bisa dengan leluasa
berbelanja aneka batik tulis/cap/printing dalam berbagai produk seperti :
Selain Batik
Sukowati, Pemkab Sragen juga berupaya memberdayakan para pengrajin batik dan
membantu pemasaran mereka dengan konsep pasar tradisional bersistem manajemen
modern dalam wadah Setra Bisnis Batik
Sragen (SBBS) yang diresmikan pada hari Minggu, 15 Januari 2006.
Menempati lahan seluas ± 1.200m, SBBS mampu menampung 26 outlet untuk para
pengrajin batik dan produk unggulan daerah seperti : Dewi Ratih, Shofura
Kemala, Brotoseno, Putri Lestari, Punokawan, Windasari, Mawar Indah, Mahmudah,
Abimanyu, Widya Kusuma, Rama Mukti, Puntodewo, Mitra Sari, Wahyu Tiga Jaya, Batik
Tomi, MM Collection, Sekar Jagad, Brotojoyo, Kharisma, Daimestar, Satellite
Garment, Happy Collection, Konveksi Asri, Fahmi Collection, Pujianto Wayang
Beber Para pengunjung SBBS
yang berlokasi di Jl. Raya Sukowati No. 251 (sebelah Barat kantor pemerintah
Kabupaten Sragen) akan dimanjakan dengan aneka produk batik khas Sragen
langsung dari para pengrajin seperti Sarimbit Sutra, Sarung Selendang, Aneka
Kemeja, Blus, Busana Muslim, Seragam Sekolah, Aneka kerajinan, dll dengan
harga grosir sehingga membuka peluang usaha bagi para usahawan untuk
mengambil barang dagangan dari SBBS.
Baik Batik Sukowati
maupun SBBS siap melayani pesanan design dan produksi batik untuk seragam
kantor dan instansi baik Pemda maupun swasta dengan harga terjangkau dan
kualitas terjamin.
Batik
Brotoseno
Didirikan
oleh Suparjan, pada tahun 1976, Batik Brotoseno merupakan salah satu produsen
Batik terkemuka di Jawa Tengah. Di bengkel kerjanya yang berlokasi di Dusun
Kuyang Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Sragen, Batik Brotoseno saat ini
memperkerjakan 100 orang pembatik yang merupakan warga sekitar. Selain itu,
Batik Brotoseno juga menjalin kerjasama dengan para perajin batik lainnya di
Kliwonan, sehingga mampu menyerap tambahan tenaga kerja sebanyak 250 orang.
Dengan
jumlah pekerja sebanyak itu, tak mengherankan bila Batik Brotoseno mampu
menghasilkan 1000 potong (sekitar 2.500 m) kain batik jenis sutera setiap
bulan dan 900 potong (sekitar 2.250 m) kain batik jenis katun. Setiap potong
kain Batik, jenis sutera maupun katun, memiliki panjang standar 2,5 m dengan
lebar 1,15 m. Harganya cukup
bervariasi, tergantung motif batik, model, dan jenis bahan kain.Untuk kain
batik jenis sutera dibanderol dalam kisaran Rp 100 ribu hingga 4,5 juta. Sedangkan
untuk kain batik jenis katun, dijual dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 500
ribu.
Pengelolaan
Batik Brotoseno saat ini berada di bawah kendali salah satu putra Suparjan,
Eko Suprihono. Jaringan pemasaran Batik Brotoseno pun kian mantap. Kain batik
produksi Batik Brotoseno kini telah merambah hampir seluruh kota-kota utama
di Pulau Jawa, semisal Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo,
Pekalongan, Denpasar. Produknya juga diminati pembeli di luar
Jawa, seperti Bali, Kalimantan, Sulawesi. Tak hanya itu, Batik Brotoseno juga
berhasil menembus pasar luar negeri, hingga ke Jepang, Swiss, dan Afrika.
Untuk memperkuat permodalan dan meningkatkan kapasitas produksinya, Batik Brotoseno membuka peluang bagi investor untuk menanamkan dananya. Saat ini, Batik Brotoseno membutuhkan suntikan dana segar dari investor sedikitnya Rp1 miliar. Dana sebesar itu terutama akan dialokasikan untuk pengadaan bahan baku berupa kain sutera, kain, benang, obat-obatan tekstil untuk pewarnaan, mesin pemintal benang dan mesin tenun.
Alamat : BATIK BROTOSENO
(Bp. Eko Suprihono)
Kuyang Kliwonan Masaran Sragen 57282
Telp./ Fax. 0271 881366
Batik
Widya Kusuma
Batik
Widya Kusuma didirikan oleh Wakiman, seorang pembatik asal Plupuh, Sragen,
pada tahun 1997. Semula, Wakiman adalah buruh batik yang bekerja untuk
seorang pengusaha batik di Solo. Namun, dorongan untuk mandiri telah
membawanya pada keputusan untuk memulai usaha produksi batik. Berbekal modal
tabungan sendiri, Wakiman merintis usahanya. Namun, pada awalnya usaha yang
dijalankan Wakiman hanya mampu melayani order pewarnaan – salah satu tahap
dalam proses pembuatan batik - yang diperolehnya dari para pengusaha batik
Solo. Baru pada tahun 2002, Wakiman mampu memproduksi batik secara utuh.
Berkat
keuletan dan kegigihannya, usaha batik Widya Kusuma terus berkembang pesat. Wakiman
pun mampu membangun tiga bengkel kerja yang berlokasi di Butuh, Gedongan, dan
Wonokerto, kesemuanya berada di wilayah Kabupaten Sragen. Dengan
memperkerjakan 200 pembatik, Widya Kusuma saat ini mampu memproduksi 50
potong kain batik tulis per minggu dan 75 potong kain batik printing per
hari. Tiap potong kain berukuran 2,5 meter x 1,15 meter. Harganya berkisar
antara Rp 45 ribu hingga Rp 165 ribu untuk batik katun dan Rp 180 ribu hingga
Rp 2,5 juta untuk batik sutera. Produk batik Widya Kusuma telah merambah
berbagai kota di Indonesia, dimana peredaran terbesar ada di Solo,
Yogyakarta, dan Jakarta. Selain itu, batik Widya Kusuma juga telah menembus
pasar luar negeri, antara lain di Malaysia, Afrika, dan Jepang.
Batik
Widya Kusuma juga terus melakukan inovasi dalam desain dan motif batik yang
diproduksinya, termasuk mengembangkan motif batik khas Sragen. Wakiman
mengaku sudah memiliki dua motif batik khas Sragen yang sebentar lagi akan
diluncurkan. Batik khas Sragen ala Widya Kusuma itu antara lain motif
Sangiran dan Jaka Tingkir. Motif Sangiran memuat anasir tulang belulang,
tengkorak, tulang punggung, dan gunungan –khas fosil sangiran. Sedangkan
motif Jaka Tingkir banyak memuat pola mahkota, keris, yang menggambarkan
perlengkapan para bangsawan. Untuk pengembangan usaha produksi batik Widya Kusuma, Wakiman membuka peluang kerjasama bagi para investor yang tertarik menggeluti bisnis batik. Batik Widya Kusuma masih membutuhkan suntikan dana sebesar Rp 1 miliar untuk menangani sektor pengadaan bahan baku dan pengembangan pasar.
Alamat : BATIK WIDYA KUSUMA
(Bp. Wakiman)
Pungsari, Kecamatan Plupuh, Sragen
08122630374 Kerajinan
Wayang Beber
Salah satu kerajinan khas Sragen adalah Wayang
Beber yang merupakan peninggalan zaman Majapahit yang menceritakan tentang
kisah Panji Asmara Bangun dengan Sekar Taji. Wayang Beber merupakan suatu
kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi, karena dalam memproduksi
membutuhkan waktu yang relative lama dan penuh ketelitian. Oleh karena itu
produk Wayang Beber senantiasa dikembangkan untuk melestarikan warisan
leluhur budaya bangsa
Kerajinan yang berbahan
Batu-Batuan
Kerajinan batu-batuan dengan nilai seni ukir
tinggi yang banyak mengambarkan patung manusia purba maupun bentuk lainnya.
Sentra kerajinan batu-batuan terletak di Sangiran Ds. Krikilan, Kecamatan
Kalijambe yang berjarak sekitar 45 km dari Kebutuhan tenaga
kerja untuk sentra kerajinan industri
ini dapat dipenuhi dengan mudah karena keberadaan tenaga kerja setempat.
Sedangkan daerah pemasaran meliputi Solo, Yogyakarta,
dan Kerajinan Sangkar Burung
Kerajinan sangkar burung terdapat di Desa
Karangmalang Kecamatan Masaran dan Desa Kaliwedi di Kecamatan Gondang.
Dari dua daerah itu
saat ini terdapat 65 orang yang menekuni produksi sangkar burung. Berbagai jenis dan model sangkar burung
dari bambu diproduksi dengan kapasitas produksi 3.975 buah sangkar sepekan
dengan nilai produksi sebesarRp. 59,6 miliar. Pemasaran produk sangkar burung
asal Sragen telah memasuki kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Solo,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, dan Palembang. Kancing Tempurung Kelapa
Limbah tempurung Kelapa ternyata bisa diolah
menjadi produk yang berguna, yaitu kancing baju dan peralatan dapur. Industri
ini terdapat di Dukuh Sendang, Desa Bukuran, Kalijambe. Saat ini sudah
terdapat 20 perajin di desa tersebut.
Dalam
sehari, setiap perajin dapat menghasilkan 5000 biji kancing baju. Furniture
Serupa dengan konveksi,
industri mebel terbesar di Sragen berlokasi di Kecamatan Kalijambe. Selain
itu, industri mebel dalam skala relatife besar juga dapat ditemui di
Kecamatan Gemolong, Miri, Sumberlawang, dan Sambungmacan. Bahanbaku mebel
Sragen berasal dari kayu jati, mahoni,pinus, akasia. Penggunaan bahan kayu
dengan ragam jenis berbeda ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan
bahan baku pada satu jenis kayu, terutama jati. Untuk mendukung perkembangan
industri mebel, pemerintah Kabupaten Sragen telah menyediakan lokasi industri
mebel dan kerajinan yang bekerjasma dengan Asosiasi Industri Permbelan dan
Kerajinan Indonesia (ASMINDO) Komisariat Daerah (Komda) Surakarta. Di bidang produksi
mebel dan kerajinan berbahan kayu keras, pemerintah membentuk Sragen
Javaniture (SJ). SJ merupakan pusat pelatihan produksi dalam rangka
mengembangkan usaha dan sumber daya manusia.Dengan modal awal US$ 300 ribu SJ
berkembang cukup sehat. Kerjasama dengan berbagai pihak pun berhasil dijalin,
sementara pasar terus dikembangkan. SJ mampu memproduksi berbagai jenis
furniture. Jenis indoor furniture misalnya SJ biasa memproduksi meja,kursi,
buffet, cabinet, box,dan lain sebagainya. Jenis outdoor furniture, SJ memproduksi folding chair, outdoor
chair, streamer & lounger,folding table, extention table, fixed
table,planter, dan lain-lain. Tak hanya pasar local, saat ini produk SJ telah
merambah pasar luar negeri, antara lain Perancis,
|